ItulahPenejelasan dari Pertanyaan Berikut tidak termasuk asas kewirausahaan, yaitu? Kemudian, kami sangat menyarankan anda untuk membaca juga soal Dari keempat tokoh di atas, tokoh yang mempersiapkan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan RI, dan yang mengetik naskah proklamasi kemerdekaan RI adalah tokoh nomor? lengkap dengan kunci jawaban dan penjelasannya.
Sementaraitu, menurut Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa ( UN Commission on Human Rights) mengidentifikasi prinsip-prinsip dalam good governance yaitu transparansi, pertanggungjawaban ( responsibility ), akuntabilitas, partisipasi dan ketanggapan ( responsiveness ) sebagai prinsip kuncinya.
Dilansirdari Encyclopedia Britannica, berikut tidak termasuk asas kewirausahaan, yaitu mampu merumuskan tujuan hidup. Kami sarankan juga untuk membaca artikel yang bermanfaat lainya seperti Berikut sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.
Question57. 30 seconds. Q. Berikut ini komunikasi yang sedang terjadi antara perawat dan pasien disuatu ruang perawatan. Pasien : Nyeri ini terjadi jika saya melakukan aktivitas yang berlebihan. Perawat : Ibu harus beristirahat jika merasa nyeri dan lakukan relaksasi dengan tarik nafas dalam secara teratur.
Kemajuanilmu dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus komunikasi cepat. Hal ini berdampak pada norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya pekerja yang tidak profesional dan kurang terampil. sama dengan konsep dari "mandiri" yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar bermakna "menghindari campur tangan guru
Vay Nhanh Fast Money. 79% found this document useful 24 votes123K views50 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?79% found this document useful 24 votes123K views50 pagesTeam TeachingJump to Page You are on page 1of 50 You're Reading a Free Preview Pages 9 to 20 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 24 to 41 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 46 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Gunung Es Komunikasi Yang terlihat dan yang tak terlihat dari komunikasi manusia Ketika seorang tanpa latar belakang ilmu komunikasi mendengarkan dua orang yang sedang bercakap-cakap, melihat sekelompok orang yang sedang memberi hormat kepada bendera, mengamati sebuah kelompok kecil mengambil keputusan, atau memesan produk melalui internet, proses komunikasi muncul lebih sederhana dan jelas maksudnya. Pesan dikirim, pesan diterima, orang bersikap sesuai dengan pesan yang diterima, itulah komunikasi. Memang demikian kelihatannya. Pada kenyataannya, dalam kasus komunikasi manusia, aspek-aspek proses yang dapat dengan mudah diamati hanya ada puncak gunung es komunikasi. Sebagian besar tindakan dan fungsi yang diperlukan untuk membuat proses komunikais “bekerja” tidak akan terlihat oleh mata yang tidak terlatih. Aspek –aspek yang Terlihat dari Komunikasi Orang Dalam konteks ini, ketika kita merujuk kepada orang, kita berpikir mengenai individu sebagai pengirim dan/ atau penerima pesan. Individu yang terlibat dalam penulisan atau dalam bentuk penciptaan dan pengiriman pesan juga termasuk didalamnya. Kita juga memasukan individu-individu yang merupakan penerimaan pesan dalam situasi komunikais, baik sebagai pendengar, pembaca atau pengamat. Simbol Simbol adalah karakter, huruf, angka, kata-kata, benda, orang, atau tindakan yang berfungsi mewakili sesuatu selain simbol itu sendiri. Manusia menciptakan dan menggunakan bahasa simbolik. Artinya adalah, sebuah bahasa, dalam arti paling umum, adalah seperangkat lkarakter atau elemen, dan aturan menggunakannya dalam hubungan satu sama lain. Ada banyak jenis bahasa. Banayk yang lazim kita kenal adalah bahasa lisan dan tulisan, seperti inggris, spanyol, atau shawhili. Adapula yang kurang jelas, misalnya bahasa Kode Morse, kode genetik, dan bebagai bahasa komputer. Dengan bahasa, kita menyususn dan mengirimkan kde dari satu titik ke titik lainnya dengan menggunakan satu atau lebih cara komunikasi. Lisan, berbicara, dan kode bahasa dengan bunyi lainnya adalah penggunaan mode penggunaan. Tulisan atau bahasa yang memanfaatkan cahaya adalah penggunaan mode visual. Kebanyakan bahasa berdasarkan pada proses penyimbolan yang tidak beralasan. Huruf dan kata adalah elemen yang paling jelas dalam bahasa simbolik kita, bersama itu, masih banyak elemen lain yang penting bagi kehidupan manusia. Misalnya sebuah lampu merah yang menyala yang terdapat dipersimpangan adaalh sebuah simbol. Begitu pula dengan gamabar George Washington, menara Eiffel, atau sepotong kain persegi panjang denga tiga belas bintang merah putih dan lima puluh garis-garis putih pada sudut atas bidang biru atau simbol. Simbol-simbol mewakili benda atau ide tentang sebuah benda. Kata-kata adalah simbol karena mewakili benda, ide, hubungan, orang, tempat, dan perasaan – untuk penamaan, hanya sedikit konsep atau objek yang dirujuk oleh kata-kata. Simbol yang berbentuk kata-kata dalam suatu bahasa yang mewakili konsep dan objek itu tidak memiliki alasan yang pasti mengenai bagaimana maknanya terhubung dengan simbol dan makna yang dimaksudkan. Individu di masyarakat harus belajar kata-kata mana yang mewakili sesuatu. Teknologi Pemanen dan Portabilitas. Melalui pengunaan teknologi, simbol dapat memiliki ketetapan dan makna yang terpisah dari situasi dimana pada awalnya simbol-simbol itu digunakan. Pada kenyataanya, kelangsungan hidup pesan-pesan itu dibatasi hanya oleh kemampuan manusiawi kita untuk melestarikan materi fisiknya dimana mereka direkam. Teknologi memungkinkan kita untuk “menjembatani” atau “mengikat” waktu – untuk menggunakan rekaman dari masa lalu seperti halnya masa kini, serta untuk membuat pesan hari ini yang akan menjadi bagian dari generasi mendatang. Ketika sesorang mempertimbangkan spektrum total penggunaan teknologi saat ini—termasuk teelepon seluler, e-mail, dan jaringan nirkabel, misalnya—kita menyadari bahwa tidak banyak aspek dari kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan kita yang dilakukan melalui komunikasi tatap muka sempurna. Media akan terus memainkan peran yang semakin luas dan nyata dalam kegiatan kita. Aspek Komunikasi yang Tidak Terlihat Makna Kita menciptakan simbol untuk menggunakannya dalam komukasi, kita juga harus menciptakan makna dan tanggapan kepada simbol-simbol itu. Sebagai manusia, kita tidak hanya mampu membuat peristiwa, tetapi juga kegunaan dan makna peristiwa itu bagi kita. Kita bisa menciptakan sebuah konteks, berencana, dan berlatih untuk berpartisipasi didalamnya, secar sukarela mengarahkan tindakan kita selama kegiatan berlangsun, pengalaman yang membanggakan dan memuaskan setelah menerima medali atai piala, dan kemuadian merefleksikan diri kita sendiri dan pengalaman kita kepada peristiwa tersebut. Kita melakukan semua ini karna kapasitas kita untuk menciptakan dan menanamkan makna pada orang, benda, dan keadaan yang mengelilingi kita—dan kepda diri kita sendiri. Pembelajaran Hal-hal reflek dalam hal ini adalah non-simbolik dan tidak melibatkan proses pembelajaran simbol. Gejala ini adalah apa yang didapat kita sebut dengan istilah atuaran pertama, peristiw amemproses informasi. Jenis respon yang otomatis, tidak dipelajari, dan non simbolik ini hanya sebagian kecil dari aktivitas kita. Kebanyakan pengalaman kita meminta kita untuk memproses pesan berdasarkan makna yang telah di pelajari. Kenyataan ini akan ditemui, sekali-pun pada situasi yang senagat mendasar. Berbagai respon berpikir dalam suatu kejadian, menanadai bahwa kita sedang terlibat dalam aturan kedua, yaitu dalam peristiwa memproses informasi – menggunakan simbol dan makna. Subketivitas Simbol yang kita gunakan dalam komunikasi manusaia tidak berarti hala yang sama untuk kita semua. Kita berhubungan dengan sebuah pesan sebagai produk dari penagalaman kita. Semua dari kita tidak membuat dan menerjemahkan pesan dengan cara yang sama. Bahkan seorang individu yang sama tidak akan pernah melampirkan arti yang sama persis terhadap sebuah pesan tertentu, pada titik waktu dan situasi yang berbeda. Aspek yang subjektif dari komunikasi manusia meluas ke semua jenis simbol – kata, seni, uang, bendera, dan sebagainya. Ketika dua orang melihat sebuah karya seni, misalnya, makna-makna yang akan dimiliki sebagianya akan menjadi pribadi, merefleksikan penglaman pribadi mereka masing-masing. Pengakuan bahwa banyak komunikasi adlah subkjektif dan pribadi telah mengalihkan nilai tema pengamatan, bahwa yang menakjubkan dari komunikasi tidaklah saat ia terlihat gagal, melainkan justru pada saat ia tampak berhasil. Negosiasi Saat kita terlibat dalam dalam komunikasi, kita telah ambil bagian dalam sebuah proses nogosiasi, melalui mana kita mencocokan makna-makna yang kita miliki dengan milik orang lain. Tidak seperti yang diupayakan oleh menejemen dan perwakilan dari serikat pekeraja untuk smapai kepada sebuah kontrak kerja, proses negosiasi yang kita maksud disini tidak terlihat. Ia melibatkan individu-individu yang menyesuaikan ulang berbagai pesan yang mereka kirim dan tafsir peran yang mereka lakukan dalam menerima pesan dari orang lain. Dilakuakn dalam rnagka untuk memahami, menbanggulangi,dan beradaptasi terhadap tuntutan dan kesempatan. Budaya Melalui komunikasi manusia kita menciptkaan budaya umum dan pandangan bersama tentang realitas dan tiba pada tahap memahami satu sama lain – untuk menggordinasikan makna dari simbol-simbol yang kita gunakan. Fakta bahwa makna-makna yang kita miliki sering bersambung secarah masuk akal dengan makna-makna yang dimiliki orang lain, bukankah sebuah kecelakan, namun itu juga bukan hasil dari sebuah negosiasi sederhana. Kita selalu dipengaruhi melalui kita dalam sebuah group, organisasi, dan masyarakat. Melalui partisipan ini kita dalam sebuah group, organisasi, dan masyarakat. Melalui partisipan ini kita membentuk kesamaan umum dalam hal pengalaman budaya bersama orang lain. Level dan tingkat Interaksi Komunikasi manusia berjalan dalam berbagai konteks dan tingkatan; individual, antar individu , kelompok, organisasi dan masyarakat, dimana semuanya saling mempengaruhi. Referensi Diri Makna yang diberikan terhadap suatu simbol dipengaruhi oleh pengalaman masing- masing individu. Jadi komunikasi manusia pada dasarnya bersifat self- reference dan autobiografis. Bahkan apa yang kita katakan tentang orang lain sering kali mengatakan tentang kita juga. Refleksi Diri Maksudnya manusia memiliki kemampuan untuk memikirkan dirinya, perilakunya, harapannya dan sebaliknya mengenali kekurangan, kegagalandan harapan yang tidak dicapainya. Etika Memutuskan kapan atau bilamana dapat diterima untuk tidak berkata sebenarnya kepada orang lain, dan jenis ketidak jujuran apa yang diterima, adalah hanya satu contoh pilihan etika yangn yang kita ambil setiap hari sebagai alat untuk berkomunikasi. Isu-isu timbul dalam semua jenus komunikasi termasuk komunikasi interpersonal, komunikasi oraganisasi, komunikasi poltik, iklan, dan media berita. Etika sangat penting untuk analisis kritis terhadap perilaku komunikasi kita dalam semua kasus. Ketika pilihan yang kita buat sering bersifat pribadi, konsekuensi pilihannya malah justru tidak. Konsekuensi yang tidak pribadi, adalah makna tambahan yang juga berperan dalam pilihan etika kita. Keniscayaan “kita tidak bisa tidak berkomunikasi”. Ini adalah pernyataan dari Watzlawich, Beavin, dan Jackson untuk menekankan bahwa kita pasti terlibat dalam proses pembuatan dan pengolahan pesan selama hidup kita. Perilaku verbal dan nonverbal kita merupakan sumber informasi yang terus mengalir buat orang lain, yang pada giliran berikutnya, secarah berlanjut dan tak terhindarkan kita memproses informasi tentang orang-orang, situasi dan objek-objek di lingkungan kita, dan tentangkan diri kita sendiri.
Komunikasi manusia seperti halnya Gunung Es Komunikasi antar manusia dikatakan seperti gunung es, sebab bagian yang tampak dan bisa dilihat adalah bagian puncak gunung es. Hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan struktur gunung es yang terlihat sementara bagian bawahnya tak tampak oleh kasat mata padahal itu adalah bagian inti dari gunung es. Begitu pula komunikasi antar manusia. Fenomena yang dapat diamati hanyalah merupakan sebagian kecil dari aspek-aspek unsur komunikasi, sebagian besar faktor yang menentukan keberhasilan komunikasi antar manusia justru bersumber dari aspek-aspek yang tak terlihat oleh kasat mata, dan itulah inti dari gunung es tersebut.
Uploaded byM Hibban Aqshal K 0% found this document useful 0 votes1 views3 pagesOriginal TitleAsas-asas KomunikasiCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes1 views3 pagesAsas-Asas KomunikasiOriginal TitleAsas-asas KomunikasiUploaded byM Hibban Aqshal K Full descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Prinsip komunikasi adalah berbagai asumsi atau asas yang dapat mencerminkan seperti apa suatu proses komunikasi terjadi. Berbagai prinsip ini dapat digunakan untuk menyadari sepenuhnya apa saja fundamental yang membuat suatu komunikasi mampu berjalan dengan baik. Bahkan, menurut Panuju 2018, hlm. 1 prinsip-prinsip komunikasi dapat digunakan untuk mendiagnosis fakta-fakta yang tersembunyi di balik realitas yang tampaknya. Dengan demikian, selain dapat membantu aktivitas atau praktik komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga dapat dijadikan alat untuk melakukan penelitian komunikasi. Lantas apa saja yang menjadi prinsip komunikasi? Berikut adalah 12 prinsip komunikasi yang disampaikan secara kontekstual berdasarkan contoh dan diperkuat oleh pendapat para ahli. 1. Komunikasi adalah proses simbolik Proses komunikasi primer dimulai dengan penyampaian isi pikiran dan perasaan ke dalam lambang symbol sebagai media penghantarnya. Lambang atau simbol ini adalah perwakilan dari isi pikiran atau perasaan orang lain yang terdiri atas isi content atau makna, baik denotatif maupun konotatif. Simbol atau lambang adalah sesuatu untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang untuk menyebut sesuatu Yusuf, 2021, hlm. 20. Simbol yang dimaksud dapat berupa bahasa verbal yang disampaikan secara diujarkan maupun dituliskan, dan lambang-lambang lain seperti bahasa isyarat, ikon, dsb. Mengapa komunikasi harus menggunakan symbol sehingga membuatnya sebagai suatu proses simbolik? Menurut Langer dalam Mukarom, 2020, hlm. 28 simbol atau tepatnya penggunaan symbol adalah satu kebutuhan pokok manusia. Manusia adalah satu-satunya organisme yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan organisme lainnya. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek baik nyata maupun abstrak tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut Mukarom, 2020, hlm. 29. Simbol adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh simbol, ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik dua atau tiga dimensi yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno, dan foto Anda pada KTP Anda adalah ikon Anda. Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan akan turun, sedangkan asap merupakan indeks api. 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri, sehingga setiap perilaku mengandung pesan Karyaningsih, 2018, hlm. 34. Kita sendiri sejatinya tidak berkomunikasi. Komunikasi baru terjadi apabila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri Mukarom, 2020, hlm. 30. Jika seseorang diminta untuk tidak berkomunikasi, akan sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya memiliki potensi untuk ditafsirkan. Misalnya, jika seseorang tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalua cemberut maka akan ditafsirkan sedang kesal atau marah. Bahkan ketika kita berdiam diri sekalipun, ketika kita mengundurkan diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengkomunikasikan banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan diam kita sebagai malu, segan, ragu-ragu, tidak setuju, tidak peduli, marah, atau bahkan malas atau bodoh. 3. Komunikasi mempunyai dimensi Isi dan dimensi hubungan Komunikasi memiliki dua dimensi utama, yakni dimensi isi yang disandi secara verbal, sedangkan dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan isi komunikasi, yaitu apa pesan yang ingin disampaikan atau yang ingin dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaiman cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan Karyaningsih, 2018, hlm. 35. Contohnya, ketika kita mengatakan “benci” kepada teman dekat atau saudara kita, tentu diperlukan penafsiran yang berbeda dari kata “benci” yang tidak dapat dimaknai sebagai benci dalam arti sebenarnya. Akan tetapi apabila kata “benci” digunakan untuk mengumpat dalam keadaan emosi yang sedang membara, maka “benci” akan menyampaikan isi yang sebenarnya. 4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali misalnya ketika kita sedang melamun dan orang memerhatikan kita hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan atau disadari ketika kita menyampaikan pidato Karyaningsih, 2018, hlm. 36. Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita bisa jadi ditafsirkan orang lain dan menjadi bentuk komunikasi. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrumen, seperti dalam persuasi. Jadi, niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi secara antara orang-orang berbeda budaya ketidaksengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk diperhatikan Mukarom, 2020, hlm. 31. 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Contoh mudahnya adalah kenyataan bahwa topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti ”lelucon, ”acara televisi, mobil, bisnis akan terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid atau tempat beribadah lainnya. Pengaruh konteks waktu dan konteks sosial terlihat pada suatu keluarga yang tidak pernah tersenyum atau menyapa siapapun pada hari-hari biasa, tetapi mendadak menjadi ramah pada hari-hari lebaran. Penghuni rumah membuka pintu rumah mereka lebar-lebar, dan mempersilahkan tamu untuk mencicipi makanan dan minuman yang mereka sediakan. Suasana psikologis peserta komunikasi juga mempengaruhi suasana komunikasi. Komentar seorang istri mengenai kenaikan harga kebutuhan rumah tangga dan kurangnya uang belanja pemberian suaminya yang mungkin akan ditanggapi denga kepala dingin oleh suaminya dalam keadaan biasa atau keadaan santai, bisa jadi akan membuat sang suami marah bila istri menyampaikan komentar tersebut saat suami baru pulang kerja dan baru dimarahi oleh atasannya hari itu. 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Prinsip ini mengansumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia, dan oleh karenanya, secara parsial, dapat diramalkan atau diprediksiMukarom, 2020, hlm. 33. Saat berkomunikasi orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon. Oleh karena itu, kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Contohnya, ketika kita menyapa seseorang di pagi hari dengan salam dan ucapan selamat pagi, kita akan memprediksi jawaban dari salam yang telah kita lontarkan. Artinya kita sudah memprediksi umpan balik apa yang akan kita terima. Namun komunikasi terikat dengan perilaku dan tatakrama di dalam masyarakat. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan sosial, tatakrama, atau bentuk konstruksi sosial lainnya. 7. Komunikasi Bersifat Sistematik Komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan masing-masing komponen tersebut mempunyai tugasnya masing-masing. Tugas dari masing-masing komponen itu berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Misalnya pengirim mempunyai peranan untuk menentukan apa informasi atau apa arti yang akan dikomunikasikan. Dengan demikian, komunikasi adalah suatu proses yang memiliki sistem atau disebut sebagai sistematik. Terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi, yaitu Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal, adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasim yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya. Istilah-istilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka rujukan frame of reference, bidang pengalaman field of experience, struktur kognitif cognitive structure, pola pikir thinking patterns, keadaan internal internal states, atau sikap attitude. Pendeknya, sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik, termasuk ciri-ciri kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif, keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman masa lalunya, yang pada dasarnya tersembunyi. Sistem eksternal, terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi. Akan tetapi, karena masing-masing orang mempunyai sistem internal yang berbeda, maka setiap orang tidak akan memiliki bidang perseptual yang sama, meskipun mereka duduk di kursi yang sama dan menghadapi situasi yang sama. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan siste eksternal tersebut. lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan kita juga mempengaruhi cara kita berperilaku Mukarom, 2020, hlm. 33. 8. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya. Salah satu hal yang dapat mewujudkan tujuan itu adalah kesamaan makna antarpeserta komunikasi. Makna suatu pesan verbal atau nonverbal pada dasarnya terikat dengan budaya Yusuf, 2021, hlm. 24. Kesamaan makna itu akan dapat lebih dapat diharapkan terjadi ketika para peserta berasal dari budaya yang sama. Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi makan yang sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras suku, bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekenomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif Mukarom, 2020, hlm. 34. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa yang sama. 9. Komunikasi bersifat nonsekuensial Meskipun terdapat banyak model komunikasi yang linear atau satu arah, komunikasi sejatinya bersifat nonsekuensial atau tidak berada pada bentuk atau model komunikasi tertentu. Proses komunikasi bisa jadi terjadi dalam tatanan acak; tidak linear, sirkuler, atau bahkan helical Yusuf, 2021, hlm. 24. Ketika seseorang berbicara kepada seseorang lainnya, atau kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau kuliah, sebetulnya komunikasi itu bersifat dua-arah, karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka Mukarom, 2020, hlm. 35. Sebenarnya komuniaksi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah atau disebut juga bersifat sirkuler. Komunikasi sirkuler, ditandai beberapa hal berikut. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara, yang mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama. Proses komunikasi berlangsung timbal balik dua arah. Dalam prakteknya, tidak dapat dibedakan antara pesan dan umpan balik. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit. Misalnya komunikasi antara dua orang sebernarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri berpikir untuk menanggapi pihak lain Karyaningsih, 2018, hlm. 44. 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional Seperti juga waktu dan eksistensi. Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung continuous Karyaningsih, 2018, hlm. 45. Implikasi dari komunikasi adalah proses yang dinamis dan transaksional adalah para peserta komunikasi akan terus berubah, mulai dari usia, pengetahuan dan pengalaman Yusuf, 2021, hlm. 27. Para peserta komunikasi akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain transaksional. Bahkan kejadian yang sangat sederhana pun, seperti “Tolong ambilkan garam” melibatkan rangkaian kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi permintaan tersebut. Untuk lebih memudahkan pengertian, kita dapat mengatakan bahwa peristiwa itu dimulai ketika orang A meminta garam dan berakhir ketika orang B memberikan garam. Namun kita tidak dapat mengukur peristiwa itu hanya berdasarkan apa yang terjadi antara permintaan akan garam dan pemberian garam itu. Baik A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk merumuskan dan menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak. 11. Komunikasi bersifat irreversible Sekali kita mengirimkan suatu pesan, maka kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali Karyaningsih, 2018, hlm. 46. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prosesnya hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Sementara itu Mukarom 2020, hlm. 36 berpendapat bahwa suatu perilaku komunikasi adalah suatu peristiwa, oleh karena itu perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Kita tidak dapat memutar kembali jarum jam dan berpura-pura seakan-akan hal itu tidak pernah terjadi. Prinsip ini sudah seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus hati-hati untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab, efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya. Apalagi bila penyampaian itu dilakukan untuk pertama kalinya. 12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Akan tetapi, komunikasi bukanlah panasea obat mujarab untuk menyelasaikan persoalan atau tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural Mukarom, 2020, hlm. 37. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi. Misalnya, meskipun pemerintah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh dan warga Papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memberlakukan masyarakat di wilayah-wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan mengangkutnya ke pusat. Referensi Karyaningsih. 2018. Ilmu komunikasi. Yogyakarta Samudra Biru. Mukarom, Z. 2020. Teori-teori komunikasi. Bandung UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Panuju, R. 2018. Pengantar studi ilmu komunikasi komunikasi sebagai kegiatan, komunikasi sebagai ilmu. Jakarta Prenadamedia Group. Yusuf, 2021. Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta Penerbit Pustaka Ilmu.
berikut ini yang tidak termasuk dalam asas asas komunikasi yaitu